Cerita Cinta Sedih
ABU
Dira menatap kosong ke layar
Hp-nya. “Nomor yang anda tuju sedang sibuk atau berada di luar jangkauan,
cobalah beberapa saat lagi.” Hanya suara operator yang terdengar saat ia
mencoba menghubungi Abu, laki- laki yang telah 5 tahun mengisi relung jiwanya.
~Ayolah angkat telfonku. Kau
membutku khawatir.~ Fikirnya. Abu tak pernah memberinya kabar. Entah sudah
berapa kali ia mencari Abu ke Lembah Rahasia mereka, tapi nihil! Abu tak
menampakkan dirinya. Butiran es mulai mencair dari kelopak matanya saat
mengingat perilaku Abu.
Abu selalu bisa mengubah suasana
hati Dira dengan tiba-tiba, sama seperti perasaan yang ia hadirkan. Tanpa
permisi, tanpa meminta izin untuk singgah. Setidaknya itulah kata yang ia ingat
saat pertama kali mengenal Abu. Ia datang dengan kesederhanaan, mengabaikan
semua pria yang berlomba-lomba menunjukkan kelebihan mereka di depanku. Mungkin
karena itulah aku memilihnya.
“Abu,dimana kamu? Aku sungguh
merindukanmu…”
***
Angin bertiup cukup kencang saat
Dira duduk di bangku tempat Abu menyatakan cinta padanya lima tahun lalu. Ia
lalu tersenyum dan memetik satu tangkai mawar kuning. Dadanya semakin berdetak
kencang saat mengingat Abu akan datang menemuinya.
Ia menyimpan rapi bunga mawar itu
ke dalam agendanya. Ia melihat sekeliling taman. Bibir mungilnya menyunggingkan
senyum lalu tertawa pelan. Ingatannya membawanya kembali ke masa lalu. Ada ia,
Abu dan setangkai mawar kuning di tangannya. Menyusuri taman sambil
bergandengan tangan, tawa itu lalu berubah menjadi pekikan kecil saat hujan
turun.
“Hah, Hujan?” Hujan turun
membasahi bumi. Lamunannya terhenti di sana. Ia berlindung di halte taman.
Sudah tiga jam sejak perjanjian mereka. “Abu kau dimana? Tak seperti biasanya
kau terlambat.” Keluhnya dalam hati. Ia berjalan gontai menyusurijalan itu.
Membiarkan sang hujan mengguyur tubuh mungilnya.
***
“Hey bawel, aku tunggu kamu di
Lembah Rahasia kita. Awas terlambat…” Aku membaca teks itu berulang-ulang. Teks
yang dikirimnya tanggal 21 April, tepat hari ini.
“Kamu mau kemana?”
“Aku mau pergi ke Lembah.”
“Sama siapa?”
“Sudah lah, Kak. Aku harus
buru-buru Abu pasti sudah menungguku.” Jawabku lalu berlari kecil menuju danau
kecil yang ada di pinggir kota.
“Abu…Kamu ada di mana? Aku
menunggumu.”. Tapi tak ada jawaban dari siapapun. Mataku terasa sangat perih.
Kemana ia pergi? Kenapa tak pernah memberi kabar padaku? Kenapa meninggalkan
ku?
Angin berhembus lembut, membelai
rambut panjangku yang tergerai. Dari kejauhan tampak seorang pria berbaju putih
menghampiriku. Itu Sabian Nugraha, itu Abu yang ku kenal. Ia-lah pria yang
kutunggu selama ini. “Abu…” Ucapku nyaris tak bersuara saat ia duduk di
hadapanku. Aku menatapnya dalam. Ia masih tersenyum, membuat lesung pipinya
terlihat jelas. Aku menangis.
“Abu, kemana kau selama ini?
Kenapa tidak pernah menghubungiku lagi? Kau tahu betapa aku merindukanmu? Kau
membuatku khawatir. Jawab Abu..” Ia tetap diam. Aku mengguncang tubuhnya. “Abu
jawab aku!” Tangisku pecah. Ia bangkit dari duduknya, seolah-olah
mengacuhkanku. Seseorang menepuk tubuhku.
“Kenapa kau di sini?” Katanya
lembut.
“Aku menunggu Abu.” Aku menatap Abu yang masih
berdiri tegak di sampingku. Ia masih emnatap kosong ke danau itu.
“Abu sudah pergi, Dira. Ia sudah
dipanggil Tuhan. Dia sudah tenang di Sana. Kau harus mengikhlaskan
kepergiannya. Jangan beratkan perjalanannya. Ayo kita pulang..”
DEG..
Aku terdiam dan menyadari
semuanya. Akulah yang tak bisa mengikhlaskan kepergiannya. Bunga, ponsel,
agenda, Lembah Rahasia ini, dan Abu yang ada di sampingku hanyalah khayalanku
saja. Semuanya tidak ada! Abu sudah pergi meninggalkanku setahun yang lalu, 21
April 2010.
Pesan
itu, pesan yg menyuruhku datang ke Lembah Rahasia ini adalah pesan untukku
setahun yang lalu. Dia mengatakan ada sebuah kejutan di danau. Dan inilah kejutannya.
Ia pergi untuk selama-lamanya. Aku masih menangis hingga kini. Ia terlalu berarti
untukku. Aku menatap bayangan Abu yang mulai mengabur di hadapanku. “Abu, kau
mencintaiku dengan cara yang sederhana, sesederhana caramupergi dari
hadapanku.” Perlahan bayangannya memudar, menghilang dari pandanganku. “Abu,
aku mencintaimu….”
Komentar
Posting Komentar